Rabu, 27 November 2019

La Nyalla Mattalitti Dukung Dendi Setiawan Maju Sebagai Ketua DPP GMNI

La Nyalla Mattalitti Dukung Dendi Setiawan Maju Sebagai Ketua DPP GMNI



Ageng Dendi Setiawan adalah kader terbaik dari GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia) Jatim (Jawa Timur), maka sangatlah pantas jika dicalonkan sebagai pengurus malah bahkan sebagai ketua umum DPP GMNI dalam kongres di Ambon tahun 2019 ini.

Apalagi pengalaman berorganisasi dan kiprahnya cukup bagus dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan. Seperti saat ini saja Dendi Setiawan sudah bisa menunjukkan banyak prestasi dalam menjalankan aktivitasnya sebagai pengurus di salah satu pengurus pada  biro atau departemen Pemuda Pancasila cabang kota Surabaya yang diketuai oleh Andi Mattalitti, putra dari La Nyalla Mattalitti ketua DPD (dewan Perwakilan Daerah) RI.

Selain aktif sebagai pengurus pada salah satu biro atau departemen Pemuda Pancasila cabang kota Surabaya, Dendi Setiawan juga sering diminta untuk membantu kegiatan Andi Mattalitti di organisasi KADIN (Kamar Dagang dan Industri) kota Surabaya. Dukungan Andi Mattalitti ini mnunjukkan dukungan dari La Nyalla Mattalitti ketua DPD RI

Maka bisa dilihat di tingkat propinsi Jatim, dukungan pada Dendi Setiawan sangat solid, bahkan para relasi dan anak buah La Nyalla Mattalitti yang ada di jajaran birokrasi pemprop Jatim yang sekarang menjadi pengurus Alumni GMNI Jatim seperti Anom, Himawan, Nur Wiyatno dll bahkan banyak anggota DPRD Jatim  telah total membantu dan mendisiplinkan GMNI se Jatim agar Dendi Setiawan terpilih sebagai ketua DPP GMNI

Di luar propinsi Jatim, relasi yang ada juga telah banyak membantu dan berkampanye melalui berbagai sarana, misalnya melalui DPP KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia) dll, dan hasilnya Dendi Setiawan banyak juga diterima oleh berbagai propinsi yang ada di Indonesia.

Jika Dendi Setiawan, menjadi ketua DPP GMNI, tentunya komunikasi organisasi GMNI dengan lembaga lembaga tinggi negara akan bisa berjalan dengan baik. Ini tentunya akan sangat bermanfaat bagi GMNI.



Selasa, 26 November 2019

Dukungan dan Polemik Pembelian Kain Pakaian Dinas DPRD Jatim

Dukungan dan Polemik Pembelian Kain Pakaian Dinas DPRD Jatim

Terkait polemik pembelian kain pakaian dinas untuk anggota DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) propinsi Jatim (Jawa Timur), beredar surat dari kelompok masyarakat, yang sempat diambil gambarnya oleh rekan jurnalis dari salah seorang anggota DPRD Jatim

Inilah isi surat dari kelompok masyarakat yakni Cetar Jatim secara lengkap sebagaimana terlihat pada foto

Kepada Yth.

1.      DPRD Jatim

2.      Instansi Terkait

Dengan Hormat,

Terkait dengan pengadaan kain untuk pakaian dinas pimpinan dan anggota DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) Propinsi Jawa Timur (Jatim) dengan kode pengadaan 17120175 oleh satuan kerja sekretariat DPRD pemerintah daerah propinsi Jatim sebesar 1 milyar rupiah, kami menyampaikan sebagai berikut:

1.      Sebaiknya kain untuk pakaian dinas pimpinan dan anggota DPRD Jatim yang sudah dikirim oleh penyedia barang  itu segera diterima oleh pegawai sekretariat dewan yang menjabat sebagai pejabat pembuat komitmen, PPTK dll. Dan CV Artha Kawi Putri  dengan NPWP: 82.380.973.6-654.000 yang beralamat di dusun Sumbersari RT 01 RW 08 Wonosari kabupaten Malang sebagai pemasok kain itu segera dibayar. Sebab jika pegawai sekretariat dewan menolak menerima kain tersebut  dan tidak mau membayar, ini sama saja dengan menghambat program yang bisa menyebabkan para anggota DPRD Jatim tidak mempunyai pakaian dinas.

 2.      Janganlah karena ada berita bahwa kain yang dikirim oleh bapak Vijay sebagai suplier yang dalam pengadaan ini memakai perusahaan CV Artha Kawi Putri itu tidk sesuai spesifikasi yang tercantum pada dokumen pelelangan, lalu pegawai pemprop di sekretariat dewan yng bertugas membeli kain pakaian dinas anggota DPRD itu belum mau menerima kain tersebut dan menunda pembayaran. Padahal begitu kain diterima dan dibagikan, maka kain bisa langsung dijahitkan agar para anggota DPRD Jatim bisa segera memiliki seragam dinas. Maka jika para pegawai pemprop di sekretariat dewan yang bertugas membeli kain itu tidak mau menerima kain tersebut dengan berbagai alasan, ini menunjukkan bahwa mereka tidak loyal pada pimpinan dan berniat untuk menggagalkan program pembelian kain seragam dinas untuk para anggota DPRD Jatim.

 3.      Padahal mereka sudah tahu bahwa bapak Vijay adalah orang kepercayaan dari ibu Khofifah gubernur Jatim, sebagai pimpinan tertinggi dari para pegawai di lingkungan pemprop Jatim. Dan sejak awal bapak Sekdaprop sudah menyampaikan hal tersebut, agar bapak Vijay yang melaksanakan pekerjaan ini. Dan saat kain sudah dikirim ketika para pegawai pemprop di sekretariat dewan tidak mau menerima dengan berbagai alasan, atas perintah Gubernur melalui  sekdaprop sudah dilakukan mediasi oleh bapak Vijay bersama bapak Yuswanto kepala ULP pada biro AP (administrasi pembangunan) agar kain itu bisa diterima dan persoalan administrasi bisa diperbaiki. Bahkan bapak Vijay juga mempunyai relasi  yang bisa membuat hasil uji laboratorium kain agar hasil laboratorium bisa sama dengan dokumen lelang, tanpa harus mengganti kain serta mengatur administrasi yang lain yang penting kain harus segera  diterima dan segera dibagikan pada anggota DPRD Jatim.

 4.      Apalagi para pegawai pemprop unit kerja sekretariat dewan yang bertugas membeli kain ini sudah dikumpulkan oleh para pimpinan dan sudah diminta untuk segera menerima kain tersebut. Tentunya sangat tampak jika tidak loyal jika mereka tidak mau menerima kain tersebut karena alasan prosedur dan alasan hukum. Karena dalam pertemuan itu sudah disampaikan oleh bapak Vijay bahwa secara hukum, pekerjaan ini sudah dikawal oleh Kejaksaan Tinggi (Kejati)Jatim, karena bapak Vijay adalah orang yang banyak membantu kegiatan di Kejati Jatim.

Demikan hal ini disampaikan atas perhatiannya disampaikan terima kasih

Cetar Jatim

Achmad Shodiq
Ketua
------------------------------------------------------

Inilah berita yang menimbulkan polemik

Akurat News
Ada Apa Dalam Pembelian Kain Pakaian Dinas DPRD Jatim ?

MATA - Masyarakat Transparansi Jatim menyorot pembelian kain untuk pakaian dinas pimpinan dan anggota DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) Propinsi Jawa Timur (Jatim) dengan kode pengadaan 17120175 oleh satuan kerja sekretariat DPRD pemerintah daerah propinsi Jatim sebesar Rp 1,05 milyar.

Hal ini disebabkan karena penyedia barang yakni CV Artha Kawi Putri  dengan NPWP: 82.380.973.6-654.000 yang beralamat di dusun Sumbersari RT 01 RW 08 Wonosari kabupaten Malang, diduga mengirim kain yang spesifikasinya lebih jelek atau tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan dalam dokumen pengadaan. Dan sampai batas waktu pekerjaan dan masa perpanjangan telah habis yakni pada 30 Oktober 2019, penyedia barang terindikasi tidak mau mengambil kembali kain yang dikirimnya pada kantor sekretariat DPRD dan atau tidak mau menggantinya dengan kain yang berkualitas bagus sebagaimana spesifikasi yang ditentukan dalam dokumen pengadaan.

"Ya mungkin saja, bahwa penyedia barang atau pedagang kain itu diduga berusaha agar kain yang kualitasnya lebih jelek atau tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan pada dokumen pengadaan itu diterima saja dan dibayar oleh sekretariat DPRD pemerintah daerah propinsi Jatim", kata Andi ketua MATA Jatim.

Mata Jatim berpendapat bahwa karena anggaran pembelian ini berasal dari uang negara dan sesuai peraturan yang berlaku, sebaiknya kantor sekretariat DPRD pemprop Jatim menolak menerima kain untuk pakaian dinas DPRD itu jika kualitasnya lebih buruk atau tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan. Dan sesuai peraturan, jika waktu pelaksanaan pekerjaan dan masa perpanjangannya telah habis, penyedia barang tidak mengirim kain sesuai spesifikasi yang ditentukan pada dokumen pengadaan, maka penyedia barang wajib diputus kontrak serta dimasukkan pada blacklist atau daftar hitam dan jaminan pelaksanaan pekerjaan wajib dicairkan.

"Ingat lho, dengan dengan membeli kain dengan harga mahal itu jelas kualitasnya harus bagus. Dengan harga pembelian sebesar itu untuk sekitar 120 orang jumlah anggota DPRD Jatim, berarti tiap orang anggota DPRD mendapat kain bahan seragam dengan harga sekitar 8 juta rupiah. Jika dengan harga yang mahal itu lalu dikirimi kain yang kualitasnya jelek atau tidak sesuai spesifikasi yang ditentukan, bisa menimbulkan anggapan yang bermacam-macam", tutur Andi.

Menurut MATA, jika pemprop Jatim unit kerja sekretariat DPRD menerima dan membayar kain yang tidak sesuai spesifikasi, itu bisa menimbulkan masalah hukum yakni tindak pidana korupsi.

Selain itu jika sampai batas waktu sesuai ketentuan yang berlaku, penyedia barang tidak mengirim kain yang kualitasnya sesuai spesifikasi dalam dokumen pengadaan itu tidak dilakukan putus kontrak dan tidak dimasukkan dalam daftar hitam serta uang jaminan pelaksanaan pekerjaan tidak dicairkan, maka bisa menimbulkan anggapan bahwa:

pertama, ada dugaan bahwa para pejabat pemprop Jatim pada unit kerja sekretariat DPRD Jatim telah melakukan persekongkolan dalam upaya melakukan tindak pidana korupsi

kedua, ada dugaan terjadinya intervensi atau perintah yang tidak dapat ditolak dari pihak atasan para pegawai pemprop Jatim unit kerja  sekretariat DPRD Jatim yang bisa mengarah pada tindak pidana korupsi.

"Dan bisa jadi yang mendapat sorotan negatif adalah lembaga dan atau para anggota DPRD Jatim, padahal yang melakukan pembelian itu bukanlah lembaga atau anggota DPRD Jatim, tetapi yang melakukan pembelian adalah para pejabat pemprop Jatim pada unit kerja sekretariat DPRD", ujarnya.



Dukungan dan Polemik Pembelian Kain Pakaian Dinas DPRD Jatim

Dukungan dan Polemik Pembelian Kain Pakaian Dinas DPRD Jatim

Terkait polemik pembelian kain pakaian dinas untuk anggota DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) propinsi Jatim (Jawa Timur), beredar surat dari kelompok masyarakat, yang sempat diambil gambarnya oleh rekan jurnalis dari salah seorang anggota DPRD Jatim

Inilah isi surat dari kelompok masyarakat yakni Cetar Jatim secara lengkap sebagaimana terlihat pada foto

Kepada Yth.

1.      DPRD Jatim

2.      Instansi Terkait

 

Dengan Hormat,

Terkait dengan pengadaan kain untuk pakaian dinas pimpinan dan anggota DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) Propinsi Jawa Timur (Jatim) dengan kode pengadaan 17120175 oleh satuan kerja sekretariat DPRD pemerintah daerah propinsi Jatim sebesar 1 milyar rupiah, kami menyampaikan sebagai berikut:

1.      Sebaiknya kain untuk pakaian dinas pimpinan dan anggota DPRD Jatim yang sudah dikirim oleh penyedia barang  itu segera diterima oleh pegawai sekretariat dewan yang menjabat sebagai pejabat pembuat komitmen, PPTK dll. Dan CV Artha Kawi Putri  dengan NPWP: 82.380.973.6-654.000 yang beralamat di dusun Sumbersari RT 01 RW 08 Wonosari kabupaten Malang sebagai pemasok kain itu segera dibayar. Sebab jika pegawai sekretariat dewan menolak menerima kain tersebut  dan tidak mau membayar, ini sama saja dengan menghambat program yang bisa menyebabkan para anggota DPRD Jatim tidak mempunyai pakaian dinas.

 

2.      Janganlah karena ada berita bahwa kain yang dikirim oleh bapak Vijay sebagai suplier yang dalam pengadaan ini memakai perusahaan CV Artha Kawi Putri itu tidk sesuai spesifikasi yang tercantum pada dokumen pelelangan, lalu pegawai pemprop di sekretariat dewan yng bertugas membeli kain pakaian dinas anggota DPRD itu belum mau menerima kain tersebut dan menunda pembayaran. Padahal begitu kain diterima dan dibagikan, maka kain bisa langsung dijahitkan agar para anggota DPRD Jatim bisa segera memiliki seragam dinas. Maka jika para pegawai pemprop di sekretariat dewan yang bertugas membeli kain itu tidak mau menerima kain tersebut dengan berbagai alasan, ini menunjukkan bahwa mereka tidak loyal pada pimpinan dan berniat untuk menggagalkan program pembelian kain seragam dinas untuk para anggota DPRD Jatim.

 

3.      Padahal mereka sudah tahu bahwa bapak Vijay adalah orang kepercayaan dari ibu Khofifah gubernur Jatim, sebagai pimpinan tertinggi dari para pegawai di lingkungan pemprop Jatim. Dan sejak awal bapak Sekdaprop sudah menyampaikan hal tersebut, agar bapak Vijay yang melaksanakan pekerjaan ini. Dan saat kain sudah dikirim ketika para pegawai pemprop di sekretariat dewan tidak mau menerima dengan berbagai alasan, atas perintah Gubernur melalui  sekdaprop sudah dilakukan mediasi oleh bapak Vijay bersama bapak Yuswanto kepala ULP pada biro AP (administrasi pembangunan) agar kain itu bisa diterima dan persoalan administrasi bisa diperbaiki. Bahkan bapak Vijay juga mempunyai relasi  yang bisa membuat hasil uji laboratorium kain agar hasil laboratorium bisa sama dengan dokumen lelang, tanpa harus mengganti kain serta mengatur administrasi yang lain yang penting kain harus segera  diterima dan segera dibagikan pada anggota DPRD Jatim.

 

4.      Apalagi para pegawai pemprop unit kerja sekretariat dewan yang bertugas membeli kain ini sudah dikumpulkan oleh para pimpinan dan sudah diminta untuk segera menerima kain tersebut. Tentunya sangat tampak jika tidak loyal jika mereka tidak mau menerima kain tersebut karena alasan prosedur dan alasan hukum. Karena dalam pertemuan itu sudah disampaikan oleh bapak Vijay bahwa secara hukum, pekerjaan ini sudah dikawal oleh Kejaksaan Tinggi (Kejati)Jatim, karena bapak Vijay adalah orang yang banyak membantu kegiatan di Kejati Jatim.

 

Demikan hal ini disampaikan atas perhatiannya disampaikan terima kasih

Cetar Jatim

Achmad Shodiq
Ketua
------------------------------------------------------

Inilah berita yang menimbulkan polemik

Akurat News
Ada Apa Dalam Pembelian Kain Pakaian Dinas DPRD Jatim ?

MATA - Masyarakat Transparansi Jatim menyorot pembelian kain untuk pakaian dinas pimpinan dan anggota DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) Propinsi Jawa Timur (Jatim) dengan kode pengadaan 17120175 oleh satuan kerja sekretariat DPRD pemerintah daerah propinsi Jatim sebesar Rp 1,05 milyar.

Hal ini disebabkan karena penyedia barang yakni CV Artha Kawi Putri  dengan NPWP: 82.380.973.6-654.000 yang beralamat di dusun Sumbersari RT 01 RW 08 Wonosari kabupaten Malang, diduga mengirim kain yang spesifikasinya lebih jelek atau tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan dalam dokumen pengadaan. Dan sampai batas waktu pekerjaan dan masa perpanjangan telah habis yakni pada 30 Oktober 2019, penyedia barang terindikasi tidak mau mengambil kembali kain yang dikirimnya pada kantor sekretariat DPRD dan atau tidak mau menggantinya dengan kain yang berkualitas bagus sebagaimana spesifikasi yang ditentukan dalam dokumen pengadaan.

"Ya mungkin saja, bahwa penyedia barang atau pedagang kain itu diduga berusaha agar kain yang kualitasnya lebih jelek atau tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan pada dokumen pengadaan itu diterima saja dan dibayar oleh sekretariat DPRD pemerintah daerah propinsi Jatim", kata Andi ketua MATA Jatim.

Mata Jatim berpendapat bahwa karena anggaran pembelian ini berasal dari uang negara dan sesuai peraturan yang berlaku, sebaiknya kantor sekretariat DPRD pemprop Jatim menolak menerima kain untuk pakaian dinas DPRD itu jika kualitasnya lebih buruk atau tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan. Dan sesuai peraturan, jika waktu pelaksanaan pekerjaan dan masa perpanjangannya telah habis, penyedia barang tidak mengirim kain sesuai spesifikasi yang ditentukan pada dokumen pengadaan, maka penyedia barang wajib diputus kontrak serta dimasukkan pada blacklist atau daftar hitam dan jaminan pelaksanaan pekerjaan wajib dicairkan.

"Ingat lho, dengan dengan membeli kain dengan harga mahal itu jelas kualitasnya harus bagus. Dengan harga pembelian sebesar itu untuk sekitar 120 orang jumlah anggota DPRD Jatim, berarti tiap orang anggota DPRD mendapat kain bahan seragam dengan harga sekitar 8 juta rupiah. Jika dengan harga yang mahal itu lalu dikirimi kain yang kualitasnya jelek atau tidak sesuai spesifikasi yang ditentukan, bisa menimbulkan anggapan yang bermacam-macam", tutur Andi.

Menurut MATA, jika pemprop Jatim unit kerja sekretariat DPRD menerima dan membayar kain yang tidak sesuai spesifikasi, itu bisa menimbulkan masalah hukum yakni tindak pidana korupsi.

Selain itu jika sampai batas waktu sesuai ketentuan yang berlaku, penyedia barang tidak mengirim kain yang kualitasnya sesuai spesifikasi dalam dokumen pengadaan itu tidak dilakukan putus kontrak dan tidak dimasukkan dalam daftar hitam serta uang jaminan pelaksanaan pekerjaan tidak dicairkan, maka bisa menimbulkan anggapan bahwa:

pertama, ada dugaan bahwa para pejabat pemprop Jatim pada unit kerja sekretariat DPRD Jatim telah melakukan persekongkolan dalam upaya melakukan tindak pidana korupsi

kedua, ada dugaan terjadinya intervensi atau perintah yang tidak dapat ditolak dari pihak atasan para pegawai pemprop Jatim unit kerja  sekretariat DPRD Jatim yang bisa mengarah pada tindak pidana korupsi.

"Dan bisa jadi yang mendapat sorotan negatif adalah lembaga dan atau para anggota DPRD Jatim, padahal yang melakukan pembelian itu bukanlah lembaga atau anggota DPRD Jatim, tetapi yang melakukan pembelian adalah para pejabat pemprop Jatim pada unit kerja sekretariat DPRD", ujarnya.

Ketua DPRD Jatim, bapak Kusnadi ketika dihubungi ponselnya 08179379033, belum memberi tanggapan mengenai masalah ini.

Sabtu, 23 November 2019

Rapimcab GMNI Surabaya Diserbu Preman

Rapimcab GMNI Surabaya Diserbu Preman


Pada hari Sabtu 24 Nopember 2019, di kantor GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia) Surabaya, Jalan Wisma Marinda Semolowaru, telah terjadi aksi premanisme yang berupa pengeroyokan dan penganiayaan yang menimpa para pengurus GMNI cabang Surabaya.

Pengeroyokan yang disertai penganiayaan ini terjadi saat GMNI cabang Surabaya sedang melaksanakan rapimcab (rapat pimpinan cabang) bersama pengurus komisariat atau pengurus GMNI tingkat fakultas di berbagai perguruan tinggi di Surabaya.

Pengeroyokan oleh para preman ini bertujuan untuk memaksa agar GMNI cabang Surabaya memberikan rekomendasi kepada Dendi yang merupakan alumni GMNI dari Fisip (Fakultas Ilmu Sosial Politik) Unair (Universitas Airlangga), agar direkomendasi menjadi pengurus DPP (Dewan Pimpinan Pusat) GMNI pada kongres GMNI yang kan berlangsung di Ambon pada 28 Nopember 2019 mendatang.

Dalam peristiwa ini, para preman itu memaksa Aldian ketu GMNI Surabaya untuk menandatangani surat rekomendasi atau pernyataan yang sudah dipersiapkan oleh para preman itu, yang berisi bahwa GMNI Surabaya mendukung atau memberi rekomendasi kepada Dendi alumni GMNI Fisip Unair agar bisa menjabat sebagai pengurus di DPP GMNI.

Para pengurus cabang dan komisariat GMNI Surabaya, sengaja tidak melakukan perlawanan karena untuk menjaga situasi agar tetap kondusif. Apalagi para preman ini mengaku melakukan hal demikian atas suruhan dari anggota DPRD Jatim dari partai Demokrat yaitu Reno Zulkarnain yang merupakan alumni GMNI Fisip Unair, yang infonya juga bersama alumni GMNI yang sekarang menjadi birokrat pemprop Jatim, yakni Anom dan Himawan.

"para pengurus komisariat dan pengurus cabang GMNI Surabaya memang sengaja tidak melakukan perlawanan, agar situasi tetap kondusif. Apalagi agenda rapimcab ini adalah bagaimana mengevaluasi dan membuat program2 agar GMNI Surabaya bisa makin berkembang. Selain itu mengusulkan beberapa program agar bisa dibahas pada kongres di Ambon mendatang", kata Hadi, salah satu pengurus yang mengikuti acara rapimcab GMNI tersebut.

"Sebenarnya kami sangat bisa melawan aksi para preman yang hanya berjumlah beberapa gelintir itu, apalagi jumlah peserta rampimcab ini puluhan orang dan jauh lebih banyak jumlahnya, tapi tentunya itu akan membuat keributan. Jika ada keributan tentu bisa mengurangi semangat untuk membuat program2 agar GMNI makin berkembang di Surabaya. Apalagi panitia rapimcab banyak mahasiswa baru yang baru bergabung dengan GMNI, bisa mengurangi semangat anggota baru dan menimbulkan kesan jelek pada organisasi GMNI", ujarnya.

"Apalagi agenda rapimcab ini yang utama adalah membahas program agar GMNI di Surabaya makin berkembang. Sedangkan agenda untuk membahas kongres itu cuma sedikit karena hanya berupa usulan program2 apa yang akan disampaikan agar menjadi program GMNI secara nasional" sambungnya

"Sedangkan untuk pengurus DPP GMNI mendatang GMNI cabang Surabaya tidak terlalu memikirkan, karena pengurus cabang yang sekarang akan segera lulus kuliah dan banyak yang tidak ingin menjadi pengurus DPP, karena sudah memiliki rencana untuk bekerja dan atau bergerak dalam dunia profesional lainnya, maka tiap komisariat dalam rapimcab ini diminta untuk mengusulkan nama untuk diusulkan, dan hasilnya dari rapimcab ini muncul belasan nama yang diusulkan sebagai pengurus DPP GMNI mendatang" tutur Hadi.

"Persoalan siapa dari belasan nama tadi yang bisa diterima, tentunya itu tergantung dari peserta kongres.Jika GMNI Surabaya dipandang sebagai cabang yang bagus karena program2nya berjalan dengan baik, tentunya akan diminta perwakilannya untuk duduk sebagai pengurus DPP GMNI. Makanya kami sebenarnya tidak terlalu risau soal kongres. Karena tidak ada target. Karena pada masa sekarang ini kami sebenarnya sedang konsentrasi menggenjot program2 agar GMNI Surabaya bisa lebih besar dan berkembang lebih maju. Bisa dilihat dalam semester ini saja GMNI Surabaya sedang giat melaksanakan belasan kali PPAB, kaderisasi, seminar2, bakti sosial, penghijauan, pelatihan profesi, dll", katanya.

"Maka sangat disayangkan jika ada alumni GMNI yang memaksakan kehendak agar dicalonkan sebagai pengurus di DPP GMNI. Jika memang berambisi menjadi pengurus DPP GMNI, sebagai alumni tentunya mereka bisa melalui jalur organisasi alumni GMNI yakni PA GMNI, agar mengusulkan Dendi sebagai pengurus DPP GMNI, janganlah terus membuat kekisruhan yang bisa merusak mental dan menurunkan semangat para anggota baru dalam ber GMNI", pungkasnya.



Rapimcab GMNI Surabaya Diserbu Preman

Rapimcab GMNI Surabaya Diserbu Preman
Inline image
Pada hari Sabtu 24 Nopember 2019, di kantor GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia) Surabaya, Jalan Wisma Marinda Semolowaru, telah terjadi aksi premanisme yang berupa pengeroyokan dan penganiayaan yang menimpa para pengurus GMNI cabang Surabaya.

Pengeroyokan yang disertai penganiayaan ini terjadi saat GMNI cabang Surabaya sedang melaksanakan rapimcab (rapat pimpinan cabang) bersama pengurus komisariat atau pengurus GMNI tingkat fakultas di berbagai perguruan tinggi di Surabaya.

Pengeroyokan oleh para preman ini bertujuan untuk memaksa agar GMNI cabang Surabaya memberikan rekomendasi kepada Dendi yang merupakan alumni GMNI dari Fisip (Fakultas Ilmu Sosial Politik) Unair (Universitas Airlangga), agar direkomendasi menjadi pengurus DPP (Dewan Pimpinan Pusat) GMNI pada kongres GMNI yang kan berlangsung di Ambon pada 28 Nopember 2019 mendatang.

Dalam peristiwa ini, para preman itu memaksa Aldian ketu GMNI Surabaya untuk menandatangani surat rekomendasi atau pernyataan yang sudah dipersiapkan oleh para preman itu, yang berisi bahwa GMNI Surabaya mendukung atau memberi rekomendasi kepada Dendi alumni GMNI Fisip Unair agar bisa menjabat sebagai pengurus di DPP GMNI.

Para pengurus cabang dan komisariat GMNI Surabaya, sengaja tidak melakukan perlawanan karena untuk menjaga situasi agar tetap kondusif. Apalagi para preman ini mengaku melakukan hal demikian atas suruhan dari anggota DPRD Jatim dari partai Demokrat yaitu Reno Zulkarnain yang merupakan alumni GMNI Fisip Unair, yang infonya juga bersama alumni GMNI yang sekarang menjadi birokrat pemprop Jatim, yakni Anom dan Himawan.

"para pengurus komisariat dan pengurus cabang GMNI Surabaya memang sengaja tidak melakukan perlawanan, agar situasi tetap kondusif. Apalagi agenda rapimcab ini adalah bagaimana mengevaluasi dan membuat program2 agar GMNI Surabaya bisa makin berkembang. Selain itu mengusulkan beberapa program agar bisa dibahas pada kongres di Ambon mendatang", kata Hadi, salah satu pengurus yang mengikuti acara rapimcab GMNI tersebut.

"Sebenarnya kami sangat bisa melawan aksi para preman yang hanya berjumlah beberapa gelintir itu, apalagi jumlah peserta rampimcab ini puluhan orang dan jauh lebih banyak jumlahnya, tapi tentunya itu akan membuat keributan. Jika ada keributan tentu bisa mengurangi semangat untuk membuat program2 agar GMNI makin berkembang di Surabaya. Apalagi panitia rapimcab banyak mahasiswa baru yang baru bergabung dengan GMNI, bisa mengurangi semangat anggota baru dan menimbulkan kesan jelek pada organisasi GMNI", ujarnya.

"Apalagi agenda rapimcab ini yang utama adalah membahas program agar GMNI di Surabaya makin berkembang. Sedangkan agenda untuk membahas kongres itu cuma sedikit karena hanya berupa usulan program2 apa yang akan disampaikan agar menjadi program GMNI secara nasional" sambungnya

"Sedangkan untuk pengurus DPP GMNI mendatang GMNI cabang Surabaya tidak terlalu memikirkan, karena pengurus cabang yang sekarang akan segera lulus kuliah dan banyak yang tidak ingin menjadi pengurus DPP, karena sudah memiliki rencana untuk bekerja dan atau bergerak dalam dunia profesional lainnya, maka tiap komisariat dalam rapimcab ini diminta untuk mengusulkan nama untuk diusulkan, dan hasilnya dari rapimcab ini muncul belasan nama yang diusulkan sebagai pengurus DPP GMNI mendatang" tutur Hadi.

"Persoalan siapa dari belasan nama tadi yang bisa diterima, tentunya itu tergantung dari peserta kongres.Jika GMNI Surabaya dipandang sebagai cabang yang bagus karena program2nya berjalan dengan baik, tentunya akan diminta perwakilannya untuk duduk sebagai pengurus DPP GMNI. Makanya kami sebenarnya tidak terlalu risau soal kongres. Karena tidak ada target. Karena pada masa sekarang ini kami sebenarnya sedang konsentrasi menggenjot program2 agar GMNI Surabaya bisa lebih besar dan berkembang lebih maju. Bisa dilihat dalam semester ini saja GMNI Surabaya sedang giat melaksanakan belasan kali PPAB, kaderisasi, seminar2, bakti sosial, penghijauan, pelatihan profesi, dll", katanya.

"Maka sangat disayangkan jika ada alumni GMNI yang memaksakan kehendak agar dicalonkan sebagai pengurus di DPP GMNI. Jika memang berambisi menjadi pengurus DPP GMNI, sebagai alumni tentunya mereka bisa melalui jalur organisasi alumni GMNI yakni PA GMNI, agar mengusulkan Dendi sebagai pengurus DPP GMNI, janganlah terus membuat kekisruhan yang bisa merusak mental dan menurunkan semangat para anggota baru dalam ber GMNI", pungkasnya.

Selasa, 19 November 2019

Ada Apa Dalam Pembelian Kain Pakaian Dinas DPRD Jatim ?

Ada Apa Dalam Pembelian Kain Pakaian Dinas DPRD Jatim ?

Foto: Kusnadi, Ketua DPRD Jatim

MATA - Masyarakat Transparansi Jatim menyorot pembelian kain untuk pakaian dinas pimpinan dan anggota DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) Propinsi Jawa Timur (Jatim) dengan kode pengadaan 17120175 oleh satuan kerja sekretariat DPRD pemerintah daerah propinsi Jatim sebesar Rp 1,05 milyar.

Hal ini disebabkan karena penyedia barang yakni CV Artha Kawi Putri  dengan NPWP: 82.380.973.6-654.000 yang beralamat di dusun Sumbersari RT 01 RW 08 Wonosari kabupaten Malang, diduga mengirim kain yang spesifikasinya lebih jelek atau tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan dalam dokumen pengadaan. Dan sampai batas waktu pekerjaan dan masa perpanjangan telah habis yakni pada 30 Oktober 2019, penyedia barang terindikasi tidak mau mengambil kembali kain yang dikirimnya pada kantor sekretariat DPRD dan atau tidak mau menggantinya dengan kain yang berkualitas bagus sebagaimana spesifikasi yang ditentukan dalam dokumen pengadaan.

"Ya mungkin saja, bahwa penyedia barang atau pedagang kain itu diduga berusaha agar kain yang kualitasnya lebih jelek atau tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan pada dokumen pengadaan itu diterima saja dan dibayar oleh sekretariat DPRD pemerintah daerah propinsi Jatim", kata Andi ketua MATA Jatim.

Mata Jatim berpendapat bahwa karena anggaran pembelian ini berasal dari uang negara dan sesuai peraturan yang berlaku, sebaiknya kantor sekretariat DPRD pemprop Jatim menolak menerima kain untuk pakaian dinas DPRD itu jika kualitasnya lebih buruk atau tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan. Dan sesuai peraturan, jika waktu pelaksanaan pekerjaan dan masa perpanjangannya telah habis, penyedia barang tidak mengirim kain sesuai spesifikasi yang ditentukan pada dokumen pengadaan, maka penyedia barang wajib diputus kontrak serta dimasukkan pada blacklist atau daftar hitam dan jaminan pelaksanaan pekerjaan wajib dicairkan.

"Ingat lho, dengan dengan membeli kain dengan harga mahal itu jelas kualitasnya harus bagus. Dengan harga pembelian sebesar itu untuk sekitar 120 orang jumlah anggota DPRD Jatim, berarti tiap orang anggota DPRD mendapat kain bahan seragam dengan harga sekitar 8 juta rupiah. Jika dengan harga yang mahal itu lalu dikirimi kain yang kualitasnya jelek atau tidak sesuai spesifikasi yang ditentukan, bisa menimbulkan anggapan yang bermacam-macam", tutur Andi.

Menurut MATA, jika pemprop Jatim unit kerja sekretariat DPRD menerima dan membayar kain yang tidak sesuai spesifikasi, itu bisa menimbulkan masalah hukum yakni tindak pidana korupsi.

Selain itu jika sampai batas waktu sesuai ketentuan yang berlaku, penyedia barang tidak mengirim kain yang kualitasnya sesuai spesifikasi dalam dokumen pengadaan itu tidak dilakukan putus kontrak dan tidak dimasukkan dalam daftar hitam serta uang jaminan pelaksanaan pekerjaan tidak dicairkan, maka bisa menimbulkan anggapan bahwa:

pertama, ada dugaan bahwa para pejabat pemprop Jatim pada unit kerja sekretariat DPRD Jatim telah melakukan persekongkolan dalam upaya melakukan tindak pidana korupsi

kedua, ada dugaan terjadinya intervensi atau perintah yang tidak dapat ditolak dari pihak atasan para pegawai pemprop Jatim unit kerja  sekretariat DPRD Jatim yang bisa mengarah pada tindak pidana korupsi.

"Dan bisa jadi yang mendapat sorotan negatif adalah lembaga dan atau para anggota DPRD Jatim, padahal yang melakukan pembelian itu bukanlah lembaga atau anggota DPRD Jatim, tetapi yang melakukan pembelian adalah para pejabat pemprop Jatim pada unit kerja sekretariat DPRD", ujarnya.

Ketua DPRD Jatim, bapak Kusnadi ketika dihubungi ponselnya 08179379033, belum memberi tanggapan mengenai masalah ini.



Ada Apa Dalam Pembelian Kain Pakaian Dinas DPRD Jatim ?

Ada Apa Dalam Pembelian Kain Pakaian Dinas DPRD Jatim ?
Inline image
MATA - Masyarakat Transparansi Jatim menyorot pembelian kain untuk pakaian dinas pimpinan dan anggota DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) Propinsi Jawa Timur (Jatim) dengan kode pengadaan 17120175 oleh satuan kerja sekretariat DPRD pemerintah daerah propinsi Jatim sebesar Rp 1,05 milyar mendapat sorotan.

Hal ini disebabkan karena penyedia barang yakni CV Artha Kawi Putri  dengan NPWP: 82.380.973.6-654.000 yang beralamat di dusun Sumbersari RT 01 RW 08 Wonosari kabupaten Malang, diduga mengirim kain yang spesifikasinya lebih jelek atau tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan dalam dokumen pengadaan. Dan sampai batas waktu pekerjaan dan masa perpanjangan telah habis yakni pada 30 Oktober 2019, penyedia barang terindikasi tidak mau mengambil kembali kain yang dikirimnya pada kantor sekretariat DPRD dan atau tidak mau menggantinya dengan kain yang berkualitas bagus sebagaimana spesifikasi yang ditentukan dalam dokumen pengadaan.

"Ya mungkin saja, bahwa penyedia barang atau pedagang kain itu diduga berusaha agar kain yang kualitasnya lebih jelek atau tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan pada dokumen pengadaan itu diterima saja dan dibayar oleh sekretariat DPRD pemerintah daerah propinsi Jatim", kata Andi ketua MATA Jatim.

Mata Jatim berpendapat bahwa karena anggaran pembelian ini berasal dari uang negara dan sesuai peraturan yang berlaku, sebaiknya kantor sekretariat DPRD pemprop Jatim menolak menerima kain untuk pakaian dinas DPRD itu jika kualitasnya lebih buruk atau tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan. Dan sesuai peraturan, jika waktu pelaksanaan pekerjaan dan masa perpanjangannya telah habis, penyedia barang tidak mengirim kain sesuai spesifikasi yang ditentukan pada dokumen pengadaan, maka penyedia barang wajib dimasukkan pada blacklist atau daftar hitam dan jaminan pelaksanaan pekerjaan wajib dicairkan.

"Ingat lho, dengan dengan membeli kain dengan harga mahal itu jelas kualitasnya harus bagus. Dengan harga pembelian sebesar itu untuk sekitar 120 orang jumlah anggota DPRD Jatim, berarti tiap orang anggota DPRD mendapat kain bahan seragam dengan harga sekitar 8 juta rupiah. Jika dengan harga yang mahal itu lalu dikirimi kain yang kualitasnya jelek atau tidak sesuai spesifikasi yang ditentukan, bisa menimbulkan dugaan yang bermacam-macam", tutur Andi.

Menurut MATA, jika pemprop Jatim unit kerja sekretariat DPRD menerima dan membayar kain yang tidak sesuai spesifikasi, itu bisa menimbulkan masalah hukum yakni tindak pidana korupsi.

Selain itu jika sampai batas waktu sesuai ketentuan yang berlaku, penyedia barang tidak mengirim kain yang kualitasnya sesuai spesifikasi dalam dokumen pengadaan itu tidak dilakukan putus kontrak dan tidak dimasukkan dalam daftar hitam serta uang jaminan pelaksanaan pekerjaan tidak dicairkan, maka bisa menimbulkan anggapan bahwa:

pertama, ada dugaan bahwa para pejabat pemprop Jatim pada unit kerja sekretariat DPRD Jatim telah melakukan persekongkolan dalam upaya melakukan tindak pidana korupsi

kedua, ada dugaan terjadinya intervensi atau perintah yang tidak dapat ditolak dari pihak atasan para pegawai pemprop Jatim unit kerja  sekretariat DPRD Jatim yang bisa mengarah pada tindak pidana korupsi.

"Dan bisa jadi yang mendapat sorotan negatif adalah lembaga dan atau para anggota DPRD Jatim, padahal yang melakukan pembelian bukanlah lembaga atau anggota DPRD Jatim, tetapi yang melakukan pembelian adalah para pejabat pemprop Jatim pada unit kerja sekretariat DPRD", ujarnya.

Ketua DPRD Jatim, bapak Kusnadi ketika dihubungi ponselnya 08179379033, belum memberi tanggapan mengenai masalah ini.